Neo
Image Hosted by agung

Agar Rebusan Daun Singkong empuk dan segar

Pernah merebus daun singkong? Pernah juga kesal karena rebusan daun singkong Anda terasa alot dan warnanya jadi hijau tua, serta sama sekali jauh dari kesan segar?

Daripada setiap merebus daun singkong Anda jadi hilang selera, mungkin langkah-langkah dibawah bisa disimak.

Sedikit tips agar daun singkong yang Anda rebus tetap berwarna hijau segar, empuk dan lezat menggoyang lidah.

  1. Rebus ½ panci air atau takar secukupnya hingga daun singkong bisa terendam seluruhnya
  2. Masukkan 1 sendok teh garam dapur
  3. Masukkan daun singkong yang telah dicuci bersih ke dalam air yang sudah mendidih
  4. Setelah daun singkong dimasukkan, biarkan panci tertutup
  5. Bolak-baliklah daun singkong agar matangnya merata
  6. Segera angkat dan tiriskan daun singkong setelah matang, jangan sampai warnanya berubah menjadi hijau tua
Setelah ini.........
Jangan heran bila Anda kini jadi penggemar nomer satu rebusan daun singkong.

Read More......

Ase Ubi Jalar

BAHAN
Ubi jalar 3 biji
Soun ½ ons
Minyak kelapa 1 gelas

BUMBU
Bawang merah 5 buah
Lada 10 butir
Bawang putih 3 siung
Cuka ½ sendok makan
Jahe 1 potong
Kecap 2 sendok makan

CARA PEMBUATAN

  1. Ubi jalar dibersihkan, dicuci, diiris tipis-tipis, digoreng sampai kering.
  2. Soun dicuci, direndam air.
  3. Bawang merah digoreng kering.
  4. Lada, bawang putih, jahe dihaluskan, ditumis dimasukkan kecap dan cuka, ditambah air sedikit sampai mendidih.
  5. Ubi dimasukkan, diaduk rata, soun baru dicampur.
  6. Dihidangkan dengan ditaburi bawang goreng.

Read More......

Bakpao Telo

Sekarang ini seharusnya kita merenung diri seberapa besar devisa negara yang dikeluarkan untuk mengimpor gandum atau terigu. Diperkirakan setiap tahun hampir 4 juta ton gandum atau terigu diimpor sebagai bahan baku pangan Indonesia untuk dibuat roti, bakmie, bakso, bakpao, dan berbagai macam kue. Dikhawatirkan impor bahan baku dari negara sub tropis tersebut cenderung mengalami peningkatan mengikuti jumlah penduduk yang semakin membengkaak dan kesadaran gizi menjadi meningkat.

Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan pangan dari luar negeri dan meningkatnya pengeluaran devisa bagi negara sehingga dikhawatirkan terjadi kerawanan pangan. Oleh karena itu perlu adanya program keanekaragaman pangan dengan mengurangi ketergantungan pangan luar negeri, dengan cara mengurangi penggunaan bahan baku terigu atau gandum diganti beras atau umbi-umbian. Sebenarnya sudah cukup banyak bahan baku pangan yang tersedia dan dapat menjadi subtitusi atau pengganti terigu, diantaranya ubi jalar, ubi kayu, garut, dan lain-lain, di samping beras. Sebuah pekerjaan rumah (PR) bagi Badan Litbang Departemen Pertanian untuk melakukan penelitian tersebut.

Terobosan Baru Ir. Unggul Abinowo, MS, MBA yang Kontak Tani Andalan Nasional dari Kabupaten Pasuruan, Jatim merasa peduli dan prihatin terhadap kondisi pangan yang tergantung dari luar negeri. Oleh karena itu tanpa banyak bicara dirinya berhasil melakukan terobosan baru untuk mengatasi masalah tersebut dengan membuat Bakpao Telo. Bakpao yang semula bahan bakunya dari terigu dan merupakan jajanan orang Tionghoa, kini diproduksi dengan bahan baku terigu dicampur ketela atau ubi jalar, dan semua kalangan masyarakat menyenangi.

“Pembuatan Bakpao telo yang dikerjakan bekerja sama dengan LIPI mempergunakan bahan baku ketelo 60%, sedangkan terigu 40%”, kata Unggul Abinowo di Caf’e Sentra Pemasaran Agribisnis Terpadu (SPAD) yang terletak sebelah kanan jalan raya perbatasan Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Malang. SPAD ini dibangun untuk mengatasi kesulitan pemasaran hasil-hasil pertanian beseerta olahannya, sehingga memperoleh nilai tambah bagi petani di pedesaan yang hidupnya cukup memprihatinkan.

Menurut Unggul yang dikaruniai 2 orang anak dan seorang isteri, harga ubi jalar di pasar Rp. 450/kg, sedangkan terigu Rp. 2.000/kg. Dengan adanya subtitusi bahan baku terigu untuk mengolah bakpao tidak kalah bahkan lebih kenyal, sehingga banyak pengunjung yang datang ke Kompleks SPAD ikut membeli berbagai produk tersebut. Dari bahan baku ubi jalar tersebut di samping bakpao juga dibuat berbagai jenis pengolahan di antaranya mie telo, jahe telo, kripik telo dan lain-lain. Asli Semarang yang dibesarkan di Kabupaten Pasuruan Jatim, Unggul Abinowo yang berhasil menyunting gadis Purwokerto menjadi isterinya, dengan jiwa wiraswasta ini patut dibanggakan. Walaupun sekarang kurang aktif di KTNA padahal menjabat sebagai Wakil Sekretaris Umum, karena kesibukannya di samping berusaha tani dengan berbagai macam jenis komoditi unggulan, kini juga sedang membangun pabrik mie telo, dan tepung telo.
“Kami sudah memperoleh pesanan 10.000 ton tepung telo untuk diekspor ke Korsel”, ujar Unggul dengan bangga. Sebagai Kontak Tani yang berhasil di sampingg di rumahnya terdapat petani magang juga membina 368 Usaha Kecil Menengah. Di samping dapat menghemat devisa, usaha agribisnis ini dapat menampung tenaga kerja 150 orang baik yang bekerja di lahan usaha tani (on farm) maupun pemasaran dan pengolahan.

Read More......

Production of tapioca

What's "TAPIOCA"
Tapioca is essentially a flavourless starchy ingredient, or fecula, produced from treated and dried cassava (manioc) root and used in cooking. It is similar to sago and is commonly used to make a milky pudding similar to rice pudding. Purchased tapioca comprises many small white spheres each about 2 mm in diameter (although larger grain sizes are available). These are not seeds, but rather reconstituted processed root. The processing concept is akin to the way that wheat is turned into pasta. These tapioca pearls are made mostly of tapioca starch, which comes from the tapioca, or bitter-cassava plant. In other parts of the world, the bitter-cassava plant may be called "mandioca", "aipim", "macaxeira", "manioca", "boba", or "yuca".

Cassava is native to South America. The balls are prepared by boiling for 25 minutes, until they are cooked thoroughly but have not lost pliancy, then cooled for 25 minutes. The pearls have little taste, and are usually combined with other ingredients, savory or sweet.

Tapioca is a word derived from the Tupi language of Brazil (from tipi'óka). [1] This refers to the process through which cassava (Manihot esculenta) is made edible. It should be noted, however, that as the word moved out of South America it came to refer to similar preparations made with other esculents: 'Tapioca' in Britain often refers to a rice pudding thickened with arrowroot, while in Asia the sap of the Sago palm is often part of its preparation.

Processing and production factors
Separation of starch granules from the tuber in as pure a form as possible is essential in the manufacture of cassava flour. The granules are locked in cells together with all the other constituents of the cytoplasm (proteins, soluble carbohydrates, fats and so on), which can only be removed by a purification process in the watery phase. Processing the starch can therefore be divided into the following stages:

  • Preparation and extraction. Crushing of the cells and separation of the granules from other insoluble matter (i.e. adhering dirt and cell-wall material), including the preparatory operations of washing and peeling the roots, rasping them and straining the pulp with the addition of water.
  • Purification. Substitution of pure water for the aqueous solution surrounding the starch granules in the mash obtained in the first stage, as well as the operations of sedimentation and the washing of the starch in tanks and on flour tables, silting, centrifuging, etc.
  • Removal of water by centrifuging and drying.
  • Finishing, grinding, bolting and other finishing operations.


This method of processing is essential in the preparation of any kind of starch. For cassava, however, because of the relatively small amount of secondary substances, the separation at each stage is performed with great ease. Whereas with maize and other cereals the grinding of the seed and the mechanical separation of the germ and the pericarp from the grain present special problems in stage 1, and the separation of protein and other constituents in stage 2 can only be accomplished with the aid of chemicals, these operations can be reduced to a minimum in cassava preparation. It is indeed possible to obtain a first-rate flour from the cassava root without special equipment by using only pure water. This makes the processing of cassava flour particularly suitable for rural industries.

Example of cassava starch manufacturing process



Read More......

Manfaat Cassava (Ubi Kayu)

Uraian :
Ubi kayu (manihot esculenta) termaasuk tumbuhan berbatang pohon lunak atau getas (mudah patah). Ubi kayu berbatang bulat dan bergerigi yang terjadi dari bekas pangkal tangkai daun, bagian tengahnya bergabus dan termasuk tumbuhan yang tinggi. Ubi kayu bisa mencapai ketinggian 1-4 meter. Pemeliharaannya mudah dan produktif. Ubi kayu dapat tumbuh subur di daerah yang berketinggian 1200 meter di atas permukaan air laut. Daun ubi kayu memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan, dan tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau atau merah.

Nama Lokal :
Cassava (Inggris), Kasapen, sampeu, kowi dangdeur (Sunda); Ubi kayu, singkong, ketela pohon (Indonesia); Pohon, bodin, ketela bodin, tela jendral, tela kaspo (Jawa)

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Reumatik, Demam, Sakit kepala, Diare, Cacingan, Mata kabur; Nafsu makan, Luka bernanah, Luka baru kena panas;

Pemanfaatan :
1. Reumatik
a. Bahan:
5 lembar daun ubi kayu, 1/4 sendok kapur sirih.
Cara membuat: kedua bahan tersebut ditumbuk halus.
Cara menggunakan: digunakan sebagai bedak/bobok pada
bagian yang sakit.

b. Bahan:
1 potong batang ubi kayu.
Cara membuat : direbus dengan 5 gelas air sampai mendidih
hingga tinggal 4 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan : diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

2. Demam
a. Bahan:
1 potong batang daun ubi kayu.
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih,
kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

b. Bahan:
3 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: ditumbuk halus.
Cara menggunakan: dipergunakan sebagai kompres.

3. Sakit Kepala
Bahan:
3 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: ditumbuk halus.
Cara menggunakan: dipergunakan sebagai kompres.

4. Diare
Bahan:
7 lembar daun ubi kayu.
Cara membuat: direbus dengan 4 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 2 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore. Bila anak
yang masih menyusui yang kena diare, ibunya yang meminum.

5. Mengusir cacing perut
Bahan:
kulit batang ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga
tinggal 1 gelas, kemudian disaring untuk diambil airnya.
Cara menggunakan: diminum menjelang tidur malam.

6. Mata sering kabur
Bahan:
daun ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus, diberi bumbu garam dan bawang putih
secukupnya.
Cara menggunakan: dimakan bersama nasi setiap hari.

7. Menambah nafsu makan
Bahan:
daun ubi kayu secukupnya.
Cara membuat: direbus, diberi bumbu garam dan bawang putih
secukupnya.
Cara menggunakan: dimakan bersama nasi dan sambal tomat.

8. Luka bernanah
a. Bahan:
batang daun ubi kayu yang masih muda.
Cara membuat: ditumbuk halus.

b. Bahan:
1 potong buah ubi kayu.
Cara membuat: diparut.
Cara menggunakan: dibobokan pada bagian tubuh yang luka

9. Luka baru kena barang panas (mis. knalpot)
Bahan:
1 potong buah ubi kayu.
Cara membuat: diparut dan diperas untuk diambil airnya, dan
dibiarkan beberapa saat sampai tepung (patinya = jawa) mengendap.
Cara menggunakan: tepung (pati) dioleskan pada bagian tubuh yang
luka.

Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Ubi kayu mempunyai komposisi kandungan kimia ( per 100 gram ) antara lain : - Kalori 146 kal - Protein 1,2 gram - Lemak 0,3 gram - Hidrat arang 34,7 gram - Kalsium 33 mg - Fosfor 40 mg - Zat besi 0,7 mg Buah ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : - Vitamin B1 0,06 mg - Vitamin C 30 mg - dan 75 % bagian buah dapat dimakan. Daun ubi kayu mengandung ( per 100 gram ) : - Vitamin A 11000 SI - Vitamin C 275 mg - Vitamin B1 0,12 mg - Kalsium 165 mg - Kalori 73 kal - Fosfor 54 mg - Protein 6,8 gram - Lemak 1,2 gram - Hidrat arang 13 gram - Zat besi 2 mg - dan 87 % bagian daun dapat dimakan. Kulit batang ubi kayu mengandung tanin, enzim peroksidase, glikosida dan kalsium oksalat.

Copyright © 2005, IPTEKnet.

Read More......

Mendongkrak Pemanfaatan Sumber Pangan dengan Sentuhan Teknologi

Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah dalam keragaman dan jumlahnya, namun sudahkah kekayaan alam itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya? Ubi kayu, sagu, ubi jalar, sukun, dan puluhan ubi lainnya berpotensi menjadi sumber bahan baku tepung untuk industri berbasis pertanian. Sudah saatnya produk negeri sendiri mendapat peran yang selayaknya.

Singkong atau ubi kayu adalahanugerah bagi tanah Nusantara.
Melalui batangnya yang ditancapkan ke dalam tanah dapat dihasilkan umbi sebagai sumber pangan.
Namun mengapa timbul kesan kasihan, nelangsa, dan kekurangan pangan jika ada warga negeri ini yang mengonsumsi ubi kayu?. Pandangan bahwa ubi kayu identik dengan kemelaratan perlu diluruskan.
Ubi kayu memang lebih murah dari beras, dan memilih ubi kayu sebagai sumber karbohidrat menggantikan beras merupakan keputusan yang bijak. Ubi kayu sewajarnya dikembalikan menjadi bagian dari pangan pokok. Dalam pemenuhan pangan, ubi kayu semestinya sederajad dengan beras sebagai sumber karbohidrat. Tabir yang menutupi keunggulan ubi kayu harus dikuak, sehingga ubi kayu mendapat tempat yang layak dan menjadi bagian dari makanan melalui transformasi menjadi sajian yang modern.

Ubi kayu sangat mudah tumbuh, namun saat ini produktivitasnya belum maksimal. Salah satu penyebabnya adalah petani belum banyak memberi pupuk organik dan anorganik pada tanamannya. Di Lampung sebagai penghasil ubi kayu terbesar, kesenjangan produktivitas masih jauh. Produktivitas di tingkat petani berkisar 11-17 t/ha dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, sementara di tingkat penelitian dapat mencapai 50-60 t/ha dengan memberikan pupuk kandang dan pupuk anorganik serta sistem tanam double row. Oleh karena itu perlu upaya keras untuk mendongkrak produktivitas ubi kayu, paling tidak menembus angka 35 t/ha.
Dilihat dari pemanfaatannya dalam skala besar, ubi kayu umumnya diolah menjadi tapioka dan gaplek. Rendemen yang diperoleh adalah 20-30% tapioka dan onggok sekitar 10%. Mutu tapioca sangat beragam, terutama derajad putih dan kebersihannya. Mutu gaplek juga sangat bervariasi karena penanganan yang kurang baik, bahkan tingkat kerusakan cukup tinggi.
Produk lain dari ubi kayu dalam skala kecil adalah pangan tradisional seperti tiwul dan gatot. Di beberapa daerah produk ini sudah dibuat instan atas binaan industri pangan dan peran pemerintah. Namun produk pangan tradisional ini masih kurang populer karena masalah selera dan penyajiannya kurang praktis. Bentuk olahan lainnya adalah krupuk dan berbagai camilan.
Dengan segala keterbatasan yang ada, sering kali petani ubi kayu hanya berperan sebagai produsen bahan baku yang tidak memiliki akses dalam menentukan harga produk segar, ditambah kondisi terdesak atas kebutuhan uang tunai. Untuk mengatasi masalah harga, ubi kayu dapat diolah menjadi produk olahan sederhana seperti chips, sawut kering atau tepung kasava. Pengolahan dapat dilakukan oleh petani atau kelompok tani sehingga dapat meningkatkan nilai tambah. Pengolahan ubi kayu menjadi tepung kasava relatif mudah dan dapat ditangani oleh kelompok tani. Rendemen yang diperoleh berkisar 27-30%.
Tepung kasava cocok untuk substitusi terigu pada berbagai produk pangan. Ketiadaan gluten pada tepung kasava perlu dilihat sebagai keunggulan sehingga secara kesehatan dapat digunakan untuk diet bagi penderita autis. Kemampuan substitusi tepung kasava pada mi dan kue kering/biskuit mencapai 50%, pada roti 25%, dan pada produk cake dapat mengganti 100%
terigu. Peluang yang sangat besar dalam pengurangan impor gandum ini perlu didukung berbagai pihak.

Peluang lain yang cukup prospektif adalah mengolah kasava menjadi gula cair. Teknologi pengolahan gula cair skala pedesaan yang dapat dioperasikan oleh kelompok tani telah tersedia. Bahan baku gula cair tidak harus berupa tepung kasava atau tapioka kering, tetapi dapat langsung dari pati basah. Gula cair yang dihasilkan melalui proses enzimatis berupa glukosa. Bioreaktor sederhana skala 100 liter mampu mengkonversi 40 kg pati basah (kadar air 40%) menjadi 21-25 kg gula cair dalam 3 hari proses. Semakin besar kapasitas peralatan, semakin ekonomis biaya produksinya.
Sumber bahan baku tepung lainnya adalah sagu. Banyak orang mengenal pati sagu sebagai campuran dalam pembuatan kue kering dan lempeng sagu. Di Jawa Barat terdapat mi gleser yang 100% terbuat dari sagu. Dengan sedikit perbaikan pada proses pengolahannya, mi gleser telah berevolusi menjadi "mi metro" atau mi sagu yang lebih higienis, aman, dan mutu lebih baik.
Nama mi metro berasal dari Metroxilon sp. nama latin tanaman sagu.
Teknologi pembuatan mi sagu cukup sederhana meskipun berbeda dengan mi terigu, dan dapat dilaksanakan oleh kelompok tani. Sosialisasi mi sagu di daerah sentra sagu di Kabupaten Luwu Utara (Sulawesi Selatan) menunjukkan 72,5% anak SD dapat menerimanya, meskipun sebelumnya tidak mengenal mi sagu. Teknik pembuatan mi sagu dan alat pencetaknya sebagai contoh telah dicoba dan diadopsi di wilayah tersebut. Tampaknya mi sagu cocok disosialisasikan ke daerah sentra sagu lain sebagai variasi pangan dari sagu.
Secara kesehatan mengonsumsi mi sagu mendapat manfaat dari resistant starch (RS) atau pati tak tercerna. Pati ini tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan dalam usus manusia sehingga memiliki peran penting dalam diet. RS mampu mengikat asam empedu, meningkatkan volume feses dan mempersingkat waktu transit. RS juga mempunyai efek prebiotik.
Kandungan RS dalam mi sagu berkisar 45 mg/g, atau 4-5 kali lebih besar daripada RS mi instan asal terigu. Endang Yuli Purwani, peneliti yang menangani sagu menyatakan bahwa efek prebiotik dari RS pada orang dewasa diperoleh pada tingkat konsumsi RS 15 g tiap 3 hari. Jumlah tersebut cukup untuk menstabilkan populasi bakteri nonpatogen dalam usus.
Sumber pangan lain seperti sukun, labu kuning, ubi jalar, dan umbi lainnya (garut, ganyong, gembili) juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan setempat. Teknologi pengolahan untuk menghasilkan tepung dan pemanfaatannya, baik untuk substitusi terigu maupun produk lainnya sudah tersedia di Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (Sulusi Prabawati dan Suismono)

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
Jalan Tentara Pelajar No. 12
Bogor 16111
Telepon : (0251) 321762
Faksimile : (0251) 321762
E-mail : bb_pascapanen@litbang.deptan.go.id
bb_pascapanen@yahoo.com
sulusi_prabawati@yahoo.com

Read More......

Plant Genetic Cassava

Cassava, or Manihot esculenta Crantz, is grown in over 90 countries and provides a livelihood for half a billion people in the developing world. While this hardy root crop serves as a staple food for many poor farm families, it is also a source of commercial animal feed, fiber for the paper and textile manufacturers, and starch for the food and pharmaceutical industries.

Global production of cassava is around 152 million tons per year. Half the 16 million hectares devoted to cassava cultivation is in Africa, with 30 percent in Asia and 20 percent in Latin America.

The CIAT cassava germplasm collection consists of 6,000 clones: landraces from Latin America and Asia, elite clones selected by CIAT and the International Institute of Tropical Agriculture (IITA) in Nigeria, and several wild Manihot species. These are stored in the form of slow-growth in vitro plantlets. For each of the accessions, five test-tube plantlets are conserved to accommodate various purposes. These include long-term conservation, distribution to fill germplasm orders, security backups, and the provision of duplicates for conservation in the germplasm’s country of origin. Some cassava germplasm is also conserved as seed.

With the current in vitro method, plantlets have an effective lifespan of only 12 to 14 months (in contrast to the decades-long viability of frozen seeds). After that, tissues must be removed from the aging plantlets and recultured in fresh growth medium.

CIAT is currently testing two alternative methods for improving cassava germplasm conservation and prolonging the storage period. The first is to extend the life of in vitro plantlets through better culturing—for example, by altering the growth medium used in test tubes. This option has the potential to more or less double the cassava plantlets’ period of viability.

The second option is to make and freeze "artificial" seeds. Cassava shoot tips (meristems) are given a protective coating of sodium alginate and then made to coagulate into tiny beads by immersion in a calcium chloride solution. After having their water content reduced in a two-step process, the beads are stored in liquid nitrogen. In this extreme environment of -196 degrees C, all biological activity is effectively halted. The technique allows the cassava to be conserved for 30 years or more with no maintenance other than periodic monitoring. Furthermore, it is less labor-intensive than in vitro culturing, requires less storage space, and allows for easy duplication and transport of the collection to other sites. The main disadvantage is that generating whole cassava plants from frozen beads is much more difficult than from test-tube plantlets, and the success rate is still rather low.

The standard farmer method of propagating cassava is to plant cuttings called stakes. Although stakes have some practical advantages as a germplasm storage and propagation medium, they are sources of plant disease and may not be transported across international borders.

Types of reproductive material: in vitro plantlets; seed; cryopreserved meristems.

Read More......

PPD- Post-harvest Physiological Deterioration


Upon harvesting, the starchy roots of cassava suffer a rapid deterioration that renders them unpalatable within 24–72 hours.
This deterioration is a purely physiological process, though microbial deterioration can set in subsequently. Physiological deterioration shows up as discoloured vascular tissues and storage parenchyma, these changes are typical of a plant's response to wounding. Strong florescence under Ultraviolet light is due to the production of phenolic compounds including scopoletin and tylose. PPD results in increases in respiration and mobilisation of starch to sugars by the activity of acid invertase. Ethylene biosynthesis also increases, and is considered to play a role in coordinating wound responses. Changes in lipid composition and increased synthesis of phenols, diterpenes and catechins also occurs. Enzyme activity increases too e.g. Phenylalanine Ammonia Lyase-PAL, Catalase-CAT, Polyphenol Oxidase-PPO, invertase and peroxidase and changes in gene expression & protein synthesis. PPD seems to be partly the result of oxidative processes.
PPD is not degenerative; rather it is an active response of the cassava root involving changes in gene expression, protein synthesis and secondary metabolite accumulation. This is strong evidence for the presence of genes whose activities could be modified in order to effect alterations in the PPD response. There is a genetic contribution to PPD. However, this is strongly influenced by the environment.

Read More......

Pearl Ice Tea ( again...)

Materials
1/2 C. of chilled, cooked large tapioca pearls
1 C. of crushed ice
1 C. of milk
1 C. of strong chilled black tea
Honey or sugar syrup (see below)

Preparing the tapioca pearls
Usually, the more water, the better the tapioca pearls will cook. For best results, use about 7 parts water for one 3 kg of pearls or 3 litres for cooking 1 kg of tapioca pearls.

  • Add in the tapioca pearls into a pot of boiling water gradually. Remember to spread out the pearls and prevent them from sticking to each other.
  • Allow them to boil for about 30 minutes or until they are soft, stirring often.
  • Turn off the fire and let the tapioca pearls steep for another 30 minutes with the lid on.
  • Next drain and rinse the pearls with cold water using a strainer until the water is clear.
  • Place the tapioca pearls in a solution of hot water and sugar syrup (see below). The solution prevents the pearls from sticking to each other.
  • For the sugar solution, a combination of brown and white sugar is recommended and usually 1 part water to 1 part sugar is preferred.
  • Soak the pearls for a few minutes before serving
Preparing the sugar syrup
2 parts white sugar
1 part brown sugar
3 parts water
Bring the water to boil and add the sugar. Reduce the heat and allow the sugar to dissolve.

Procedures

Place the pearls in a large glass. Combine pearls, crushed ice, milk, black tea and sugar syrup in a cocktail shaker and shake vigorously until mixture is frothy. Accordingly, the more froth, the stronger the flavour. Pour into the glass and serve with thick straws.

For variation, you could add sugar or other flavourings like coffee, almond, sweetened condensed milk or green tea. You could even experiment with fruit juice flavourings like mango and green apple. Just mix in the following proportions: 2 parts juice to 3 parts tea.

Additional tips
For the pearls, use 20 minutes of boiling (first 5 mins high heat, next 15 mins low heat). During the first 3-5 mins, stir the pearls to prevent them from sticking to the base of the pot. Next steep the pearls in the hot water with the lid on.
The washing of the pearls under cold water makes it chewy or rather the taiwanese call it "Q".
The sugar mixture could be add after the washing. The sugar need not be melted.


Read More......

Pearl Tapioca (1)

A starchy ingredient, derived from the bitter variety of the cassava tuber, also known as the yuca root. Tapioca is most commonly formed into flour, round pellets (pearls), flakes, granules, or syrup. As a flour, Tapioca is used for a thickening agent in pie and tart fillings or in soups and sauces. Tapioca flour is also known as cassava flour.

Pearl Tapioca is the most common variety available, which is produced into pellet sized balls or powdered forms of dried Tapioca. It is this form of Tapioca that is used for making Tapioca puddings and custards. In Britian, Tapioca pudding is considered to be a member of a group of traditional milk puddings produced as desserts and fillings. Uncooked Tapioca can be stored in a cool dry area and can be kept an indefinite amount of time if not exposed to excessive heat or moisture. Cooked Tapioca should be refrigerated and can be kept several weeks. When cooking Tapioca, do not overcook it as it becomes starchy and stickly. Cooking it until it becomes translucent is the best measure of doneness.

Order :
1. Importfood
2. Barry Farm Foods
3. Sutton Bay
4. Large Pearl Tapioca
5. the amishcountry store


Recipe :

This is an easy Thai dessert with universal appeal

Ingredients
1 cup small tapioca pearl
4.5 cups water
3/4 cup sugar
1/2 cup coconut cream powder
1/2 teaspoon salt
Fresh mint leaves for garnish (optional)

Method
Boil 3 cups water in a saucepan. Rinse tapioca pearl to cleanse, then add to the boiling water and stir until the tapioca starts to turn translucent. Add sugar and stir. Remove from heat. In a separate saucepan, mix coconut cream powder with 1.5 cups warm/hot water. Stir well then put on stovetop at medium-high heat. Wait for boil, then remove from heat and cool for a few minutes. With a large spoon put about one cup tapioca in a serving bowl and gently cover with a few tablespoons of coconut milk (or more if you like). Garnish with sprig of mint (optional). Enjoy--this is a very delicious dessert!


Thai-Style Bubble Tea

Ingredients
2 cups Thai icetea mix
1 1/3 cups sugar
1/2 cup mint leaves (optional)
1 1/2 cups tapioca pearls
1 cup fresh milk
Wide straws

Method
The Tea: Place Thai icetea mix into stainless tea filter and place in a large pot with 8 cups gently boiling water. Leave the filter handle out of water so you can easily remove the tea later. Keep over medium heat for one hour, then remove tea and fill pot with water to same level you started with (8 cups). Let tea cool and pour into a pitcher. You can leave in refrigerator for a few days, if desired.

The Syrup: In a small saucepan combine sugar, mint leaves and 4 cups water. The recipe still tastes great if you omit the fresh mint, but we recommend mint for not only the mint taste but also the way it blends with Thai tea to create a very "earthy fresh" flavor. Bring to a boil and stir until sugar is dissolved, then strain out the leaves and place in a separate container. Refrigerate.

The Pearls: Start by bringing 12 cups water to a boil in a large pot, then gently add tapioca pearls. Let the pearls cook for 30 minutes, stirring often to keep the pearls from sticking together. Remove from heat, cover and let stand for another 30 minutes. If you prefer the pearls to be more "al dente" you can reduce the cooking time a bit. Strain the pearls and rinse with cool water, transfer to a storage container and mix with about half of the syrup. This allows the pearls to soak up the sweet flavor and keeps them from sticking together. They will keep in the refrigerator like this for about 12 hours.

Using a slotted spoon, place pearls into16 oz (or larger) serving glasses. The pearls should fill 1/3 of the glass. Pour 2 tablespoons syrup over the pearls. Add more syrup if you prefer a sweeter taste, and add any syrup flavor you like. Mix (or shake) tea separately with fresh milk and ice. We suggest 1 cup milk, more or less as you prefer. Pour the ice/tea/milk mixture into each glass and stir. Garnish with a sprig of fresh mint leaves, and serve with jumbo straws that allow the tapioca pearls to be sucked up as you drink. And there you have it, possibly the greatest tea beverage ever!

Read More......

Puding Tape

Bahan :

300 gr tape singkong, buang sumbu ditengahnya
300 gr gula pasir
1 bungkus agar2
1 bungkus santan cair instant
1 buah daging kelapa muda, tiriskan airnya
1 sdm kismis
air kelapa muda untuk tambahan
1 lembar daun pandan (pasta pandan)
1 sdt vanila pasta/essence
1/4 sdt garam
pewarna makanan (bila menggunakan pasta pandan tidak perlu lagi diberi pewarna, krn pasta sdh berwarna)

Cara membuat :

  • Blender/haluskan tape, santan dan tambahkan air kelapa sampai jumlah semuanya mencapai 800ml.
  • Rebus campuran tape, tambahkan gula, agar2, garam, daun pandan dan vanila, aduk2 sampai mendidih.
  • Masukan daging kelapa muda, sebagian kismis dan pasta pandan (bila menggunakan pasta), aduk rata. Matikan api.
  • Tuang kedalam loyang puding yang telah di basahi dengan air matang, tabur sisa kismis, biarkan beku.
  • Sajikan dingin lebih segar....

Read More......

Cassava Three Colors Cake

Ingredients :
1 kg singkong yang bagus, diparut
500 gr kelapa setengah tua, diparut memanjang
250 gr tepung ketan
250 gr gula pasir
1 sdt peres garam
75 gr margarin, lelehkan
2 sdt vanilla essence
Pewarna kuning, merah dan pasta pandan secukupnya.
Tools :
Loyang 22x22x4cm, dialas plastik di dasarnya, oles sisi2nya dengan minyak sayur
Kukusan ato langseng

What’s Next:

  • Aduk rata semua bahan kecuali pasta pandan dan pewarna merah, uleni hingga tercampur rata dan menyatu menjadi adonan berwarna kuning
  • Siapkan kukusan diatas api. Sementara itu bagi adonan jadi tiga bagian sama rata, biarkan satu bagian tetap berwarna kuning
  • Satu bagian diberi pasta pandan sehingga warnanya jadi hijau pupus, satu bagian lagi diberi warna merah hingga menjadi orens
  • Ratakan dan padatkan adonan hijau pada loyang, kukus dengan uap panas 5 menit
  • Angkat, ratakan dan padatkan adonan kuning diatasnya, kukus kembali 5 menit
  • Angkat, ratakan dan padatkan adonan merah diatasnya, kukus kembali selama 30 menit hingga benar-benar matang
  • Angkat, diamkan hingga benar2 dingin. Keluarkan dari loyang, potong2 sesue slera. Sajikan begitu saja atau dengan kelapa parut kalau suka


Read More......

Yam's Leaf

Berita dari Taiwan

Dahulu kala, daun ketela atau daun ubi suka diibaratkan dengan makanan khusus untuk binatang ternak babi yang kerap ditemukan di peternakan di Taiwan, atau juga diibaratkan sebagai makanan bagi orang yang tak mampu.

Namun kini, harga daun ketela semakin lama semakin mahal. Kalau dulu harga daun ketela untuk per 600 gram adalah NT$20 hingga NT$30, namun kini telah naik hampir 5 kali lipat, yakni NT$100 per 600 gram. Nah, mungkin banyak yang ingin tahu mengapa harga daun ketela di Taiwan bisa naik sedemikian drastisnya, karena beberapa tahun terakhir ini pihak kedokteran menemukan khasiat yang sangat baik dari daun ketela. Daun ketela selain mengandung kadar serat yang tinggi, juga memiliki kadar vitamin A dua kali lebih banyak dibandingkan dengan sayuran hijau lainnya. Selain itu, juga berguna untuk pencegahan penyakit kanker, menurunkan tekanan darah dan juga untuk kesehatan manusia.

Nah, banyak orang yang tidak pernah memandang daun ketela yang tumbuh di pinggir-pinggir jalan, karena pohon ketela sendiri memang tidak memiliki daya tarik secara fisik. Namun setelah khalayak luas mengetahui lebih banyak manfaat dari daun ketela, khususnya dalam hal mencegah terjangkitnya kanker, maka harga daun ketela di pasaranpun semakin lama semakin tinggi. Ahli gizi ternama Taiwan, ibu Jing Hui-min pernah melakukan percobaan dengan mengkonsumsi daun ketela setiap hari. Didapati ternyata daun ketela tidak seperti bahan tepung lainnya yang mengandung unsur karbohidrat yang berlebihan. Kelebihan inilah yang membuat daun ketela bias mengurangi kemungkinan terjangkitnya penyakit kanker, dapat menurunkan tekanan darah.

Ahli gizi juga menyarankan agar daun ketela hanya perlu di masak dengan menggunakan sedikit minyak dari sari tumbuh-tumbuhan selama 30 detik dengan api yang besar, maka daun ketelapun bisa menjadi sayur teman makan anda yang nikmat dan bergizi. Oleh sebab itu, daun ketela yang asalnya dari tanaman kelas bawah, kini telah menjadi makanan yang digemari dan bergizi tinggi.

Read More......

Daun Singkong Bisa di masak

Jangan dikirira Daun Singkong(Cassava) gak bisa dimakan, enak malahan tergantung cara mengolahnya....sekedar dibuat lalapan dengan sambal terasi pasti enak atau kayak di rumah makan padang sebagai sayuran pendamping dan masing2 daerah punya resep sendiri2 dan ini ada beberapa resep sebagai contoh untuk dicoba

BOBOR Daun Singkong

Bahan :
3 ikat daun singkong, ambil daun yang masih muda, cuci bersih dan potong-potong; sekitar 75 gram daging, potong kecil-kecil; sekitar 75 gram tempe, potong kecil-kecil juga; cabe rawit utuh, banyaknya sesuai selera; tomat diiris; 1 lembar daun salam; santan kental dan santan encer secukupnya.

Bumbu (dihaluskan) :
3 siung bawang putih; 4 siung bawang merah; 4 buah kemiri; 1 1/2 sdt ketumbar; gula pasir dan garam secukupnya.

Caranya :
Tumis bumbu halus sampai bener-bener harum; masukkan daging, aduk-aduk hingga daging berubah warna; masukkan santan encer, cabe rawit dan daun salam, aduk-aduk lagi sampai daging agak empuk; masukkan daun singkong dan tempe, biarkan sampai daun singkong empuk; klo daun singkong, daging dan tempe sudah matang, masukkan santan kental, aduk-aduk dan biarkan sampai mendidih, cicipi dan angkat.

******

SAYUR Daun Singkong (Medan)

Bahan :
2 ikat daun singkong (haluskan)
1/2 kg kelapa parut (ambil sarinya 6 gelas)
ebi/teri medan /terasi secukupnya
Rimbang secukup nya

Bumbu :
4 siung bawang merah
6 biji cabai merah
4 lembar daun salam
4 btg daun serai

caranya :
haluskan bumbu ,Rimbang,dan tambahkan sedikit terasi.
masak santan sampai 1/2 matang dan masukkan daun singkong. aduk terus supaya santan tidak pecah. sementara itu diwadah lain tumis bumbu sampai harum.
Masukkan bumbu yg sudah di tumis dan garam secukupnya.

******

ROLADE Daun Singkong

Bahan:
250 gr daun singkong, rebus hingga lunak, potong halus
2 bh tahu putih ukuran 8 x 8 x 5 cm haluskan
250 gr udang cincang
5 butir telur ayam
4 siung bawang putih haluskan
1 sdt lada halus
1 sdt kaldu instan
1 sdt garam
minyak untuk menggoreng
daun pisang untuk pembungkus

Caranya :

  1. Campur potongan daun singkong, tahu, bawang putih, lada, kaldu instan, udang cincang, garam, aduk rata. Tambahkan 2 butir telur kocok, aduk rata.
  2. Siapkan daun pisang, masukkan 4 sdm adonan daun singkong, bungkus bentuk lontong, semat ujungnya dengan lidi.
  3. Kukus rolade singkong selama 30 menit, hingga adonan matang dan padat, angkat, dinginkan.
  4. Kocok 3 butir telur dan garam hingga rata, masukkan rolade ke dalam kocokan telur, goreng hingga kuning kecokelatan.
  5. Potong-potong rolade sesaat akan di sajikan.

******

LODEH Daun Singkong

Bahan :
Daun singkong karet muda 1 ikat
Kelapa ½ butir
Minyak goreng 2 sendok makan
Daging 1 ons
Tomat 1 ons

Bumbu :
Bawang merah 6 buah
Kemiri 5 biji
Bawang putih 3 siung
Daun salam 2 lambar
Lombok merah 5 buah
Gula merah 1 sendok makan
Laos 1potong
Garam 1 sendok makan

Caranya :
Daun singkong disiram dengan air panas, diaduk-aduk sampai layu, dibiarkan.
Kelapa diparut, diambil santannya 3 gelas.
Daging dipotong-potong kecil.
Daun singkong dicuci, dipotong-potong.
Tomat diiris-iris.
Bumbu dihaluskan.
Bumbu-bumbu yang dihaluskan, ditumis.
Daging, daun singkong dan tomat dimasukkan.
Dimasak terus sampai lunak.

******

KARE Daun Singkong

Bahan :
Daun singkong 3 ikat
2) Kelapa ½ butir

Bumbu :
Bawang merah 5 buah
Ketumbar ½ sendok teh
Bawang putih 5 siung
Kunyit 1 rsj
Laos 1 potong
Gula merah 1 sendok makan
Kemiri 6 biji
Garam 1 sendok makan

Caranya :
Daun singkong disiram air panas, direndam sebentar, ditiriskan.
Kelapa diparut dibuat santan 4 gelas.
Daun singkong dipotong-potong.
Bumbu-bumbu dihaluskan, kecuali laos.
Bumbu-bumbu direbus bersama santan dan daun singkong.
Dimasak sampai daunnya empuk.

******

BUNTIL Daun Singkong

Bahan:
200 gr tempe, siram dengan air matang, lumuri 1 sdt garam, bungkus daun pisang, biarkan semalaman
250 gr daun singkong muda, celup air mendidih, tiriskan
1/2 butir kelapa muda, parut
150 gr petai cina/biji lamtoro
garam dan gula merah

Bumbu dihaluskan:
6 siung bawang merah
5 siung bawang putih
5 buah cabai merah
1 sdt ketumbar sangrai
1/2 sdt kencur, cincang
1 sdm lengkuas, cincang

Bumbu santan (campur jadi satu):
500 cc santan dari 1 butir kelapa
2 lembar daun salam
1 cm lengkuas, memarkan
5 buah cabai merah, dihaluskan bersama 5 siung bawang merah dan 1 sdt ketumbar sangrai
1 sdt garam

Caranya :
  • Tempe ditumbuk kasar, campur dengan bumbu halus dan semua bahan lain
  • Bagi daun singkong menjadi 5 bagian. Tiap bagian ditata di atas talenan, sedemikian rupa hingga rapat
  • Ratakan 1-2 sdm campuran tempe, tutup lagi dengan daun singkong lalu campuran tempe, gulung lipat, beri daun salam, bungkus dengan daun pisang. Kukus ± 1 jam sampai matang, dinginkan
  • Masukkan buntil matang ke santan berbumbu, masak ± 30 menit dengan api kecil

Read More......

Cassava Chips

Kusuka Cassava Chips

Brand Name: KUSUKA
Supply Ability: 1 x 20' FCL
Quality / Safety Certification: Halaal
Packing: Aluminium Bag
Delivery Time: 30
Payment Terms: T/T

Detailed Product Description
Kusuka brings you a great tasting, traditional indonesian snack called cassava chips. Cassava, also known as yuca or manioc, is a tropical starch tuber similar to sweet potato.

Kusuka cassava chips are created by combining current manufacturing technology and a traditional indonesian recipe. The result is the best tasting, highest quality cassava chips in the world.
There are 9 flavors currently available. Do contact me for samples.

Kusuka Cassava Chips is an Indonesian product.
It comes in a package of 250gr and 500gr.
Smaller package is also available upon request.
Available in many flavours such as: Original, Chesse Burger, Baked Chesse, American Corn, Barbeque, etc.
Once you try, you'll fly to the sky. . . .

Contact
Indonesia - MARKET ACCESS

Chifles Cassava Chips Original


Taste:
These are the first rippled cassava chips I've seen. They look more like potato chips than other cassava chips generally do. They're very crunchy and taste OK.

From the package:
"The tropical Cassava is actually a vegetable brimming with flavor-filled roots that can be cooked, and eaten, just like a potato. A small but bountiful shrub, the Cassava plant grows in Central and South America, as well as other warm regions of the world. The Cassava root is also an excellent source of Vitamin C and Dietary Fiber. So let the all-natural goodness of our Cassava Chips keep you coming back for more!"

Info Product

Indie Cassava Chips

Product Features
low fat
thin and crispy
Delicious

Ingredients
cassava, vegetable oil, salt, sugar, and garlic powder

Product Description
Fried crisp thin chips made from cassava. 40%less fat than potato chips. the flavor is mild and nutty with a hint of sweetness. They are delicious and hard to put down.

Info Product


AkU OkE !® Kripik Singkong - Cassava Chips (47gr)

Negara Asal: Indonesia
Harga: Rp. 5.300,-
Cara Pembayaran: Tunai
Jumlah: 10
Kemas danPengiriman: Plastic PE 0.1 mm dan karton Duplex (Outer)

Keterangan:
AkU OkE! Keripik Singkong (Cassava Chips) @ 47 gr adalah hasil produksi UPPKS anggota AKU di daerah Garut Jawa Barat ini dibuat dari ubi jalar pilihan dicampur garam dan bumbu tertentu. Dijamin tidak mengandung bahan sintetis, kimia dan pengawet namun gurih, renyah dan tahan lama lebih dari 6 bulan dalam kemasan yang aman.

Korespondensi Perusahaan

Nomer HP: +62-8157002935-811223496
Nomer Telpon: +62-22-70362595-70362575
Nomer Faks: +62-22-4214084
Alamat: Jl Pungkur No 115 ( dh Jl Abdul Muis) Bandung west java 40251, Jawa Barat Indonesia

Read More......

Cake Tape

Bahan :
300 gr tapai singkong, buang seratnya
6 kuning telur
4 putih telur
200 gr gula pasir halus
1/2 sdt vanili bubuk
150 gr mentega, lelehkan
100 gr keju cheddar, parut

Ayak :
175 gr tepung terigu
½ sdt baking powder
25 gr susu bubuk

Cara membuat :

  1. Siapkan loyang bundar berlubang tengah, diameter 20 cm. Olesi mentega, taburi sedikit tepung terigu.
  2. Haluskan tapai singkong dengan garpu, sisihkan.
  3. Kocok telur dan gula hingga naik dan mengembang. Masukkan vanilli bubuk dan tapai halus sedikit demi sedikit sambil dikocok hingga rata.
  4. Tuang mentega leleh, aduk rata. Tambahkan 75 gr keju cheddar parut, aduk rata.
  5. Tuang adonan ke dalam loyang, ratakan. Taburi dengan sisa keju. Panggang dalam oven bersuhu panas 160 °C selama 45 menit hingga cake matang, angkat, biarkan dingin.
  6. Keluarkan cake dari loyang, potong-potong, sajikan.

Read More......

BLUDER TAPE

BAHAN:
250 gr tape singkong, buang seratnya, haluskan
250 gr margarin
200 gr gula pasir
8 kuning telur
4 putih telur
250 gr tepung terigu
50 gr tepung maizena
100 cc susu cair
1/2 sdt ragi instan
75 gr kismis, cuci dengan air panas, tiriskan
1 butir kelapa muda, serut dagingnya

CARA MEMBUAT:

  1. Siapkan loyang tulban ukuran 22 cm, olesi dengan margarin dan taburi tepung terigu, sisihkan.
  2. Kocok margarin dan gula pasir sampai lembut. Masukkan telur satu per satu, lalu kocok lagi sampai lembut.
  3. Masukkan tepung terigu dan tepung maizena, aduk rata. Tambahkan susu cair, ragi instan, dan tape singkong. Diamkan kurang lebih selama 45 menit, sisihkan.
  4. Masukkan dalam loyang, tambahkan kelapa muda. Panggang sampai matang, angkat.
Untuk: 12 potong

Read More......

Tape Singkong (fermentasi cassava)

Tape adalah sejenis penganan yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi). Tape bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan hasilnya dinamakan "tape singkong".

Pembuatan tape memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar singkong atau ketan dapat menjadi lunak karena proses fermentasi yang baik. Ragi adalah bibit jamur yang digunakan untuk membuat tape. Agar pembuatan tape berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan harus bersih, terutama dari lemak atau minyak. Alat-alat yang berminyak jika digunakan untuk mengolah pembuatan tape bisa menyebabkan kegagalan fermentasi. Air juga harus bersih. Menggunakan air hujan juga bisa menyebabkan gagal fermentasi.

Selain dimakan langsung, tape juga enak dijadikan olahan lain atau dicampur dengan makanan atau minuman lain. Seperti tape pulut sangat enak untuk campuran cendol atau es campur, bisa juga diolah kembali menjadi wajik atau dodol. Sedangkan tape singkong selain bisa dijadikan campuran cendol, es campur atau es doger, bisa juga dibuat makanan gorengan rondo royal (tape goreng), colenak, dll.

Cara membuat Tape singkong

Bahan:
Singkong 5 kg
Ragi 5 butir

Cara pembuatan:
Singkong dipotong-potong ukuran sedang, kupas dan cuci bersih.
Kukus sebentar sampai agak empuk, jangan sampai mekar. Angkat dan biarkan agak dingin.
Haluskan/hancurkan ragi tape (biasanya ragi tape berbentuk bola putih sebesar baso, atau lebih kecil lagi, dan dijual dalam plastik kecil berisi 3-4 bola ragi).
Taburkan secara merata ke seluruh permukaan singkong. Tutup dengan daun pisang (atau pembungkus plastik yang dilubangi di beberapa tempat dan tutup dengan kain serbet).
Simpan di tempat hangat selama 1-2 hari sampai singkong menjadi empuk.

Yang lain tentang Tape
Tape Menambah Kehangatan

Read More......

The Evalution Degradation Dried Cassava and Urea Processed with Steaming

Soeharsono, A. Musofie dan Supriadi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Yogyakarta


The use of starch for ruminant feed is less efficient, and abundant amount of starch given to ruminant can cause acidosis, so with give NPN (urea). Efficiency use of urea as nitrogen source depend on fermentability carbohydrate by microorganism rumen to be converted to the protein microbes. This research aims to know the influence of steaming of cassava dried by various level of urea to dry matter and organic matter degradability in in vitro and in sacco methods. The steaming cassava dried with urea conducted to 5 kg of dough cassava dried by urea with 50 � 60% water capacity for 20 minutes. Complete randomized design (CRD) used with four replications. The level of urea are: A = 0%; B = 3%; C = 6% and D = 9%, respectively. The biomass resulted was analysed for crude protein and evaluated in vitro Tilley and Terry and in sacco degradation. The result of research indicated that the crude protein biomass of treatment A = 2.10; B = 7.47; C = 14.12 and D = 23.27%, respectively, it increased significantly defferent (P<0.01). Dry matter and organic matter degradation with in vitro were not different. Dry matter degradation of treatment A = 83.20; B = 83.21; C = 82.52; and D = 84.03%, respectively, while organic degradation of treatment A = 93.63; B = 93.72; C = 93.33 and D = 94.84%, respectively. Degradation theory (DT) of dry matter showed sifnificantly different (P<0.01), dry matter digesting of treatment A = 90.59%; B = 91.06%; C = 89.23%; and D = 88.16%, respectively. While the result of cassava dried and urea by steaming were able to improve the quality and the better digesting level and reduced the kinetic degradation in rumen.

Read More......

Cassava bisa jadi bensin....

Percaya enggak, Cassava alias singkong bisa jadi pengganti Premium......
Coba praktekkan sesuai petunjuk, siapa tahu ide ini bisa ditiru dan dipelajari khususnya mereka2 di daerah yang menanam Singkong, daripada dijadikan gaplek ya mending dijadikan pengganti premium.

Sedikit tentang pembuatanya
Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premium. Menurut Dr Ir Tatang H Soerawidjaja, dari Tcknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan gliikoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias gula sederhana. Setelah menjadi gula, bam difermentasi menjadi etanol.

Lalu bagaimana cara mengolah singkong menjadi etanol? Berikut Langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan singkong yang dilerapkan Tatang H Soerawidjaja. Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari.

Selengkapnya bisa anda baca click disini
Selamat mencoba dan jangan kapok kalau gagal

Read More......

Prospek Ubijalar Sebagai Pangan Olahan Non Beras

Komoditas ubijalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb.) sebagai bahan pangan sumber karbohidrat, disamping itu mengandung vitamin A, C dan mineral. Selain sebagai bahan pangan pokok dapat juga diolah menjadi bahan pangan olahan seperti selai, saos, juice dan bahan baku industri. Ubijalar yang daging umbinya berwarna ungu, banyak mengandung anthocyanin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, karena berfungsi mencegah penyakit kanker. Ubijalar yang daging umbinya berwarna kuning, banyak mengandung vitamin A; sedangkan beberapa varietas ubijalar mengandung vitamin A yang sebanding dengan wortel.

Ubijalar bisa ditanam baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan. Pada umumnya didaerah pedesaan mempunyai produktifitas sekitar 10 ton per hektar. Sedangkan dengan teknik budidaya yang tepat beberapa ubijalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton umbi basah per hektar.Varietas unggul ubijalar selain produktifitasnya tinggi, juga mempunyai sifat agak tahan terhadap hama boleng Cylas formicarius dan penyakit kudis Sphaceloma batatas. Pada umumnya di dataran rendah, ubijalar dipanen pada umur 3,5 sampai dengan 5 bulan. Sedangkan di dataran tinggi ubijalar dipanen pada umur 5 sampai dengan 8 bulan.

Sari adalah varietas unggul ubijalar berumur genjah dan tahan kudis. Sedangkan varietas Boko sesuai untuk dikonsumsi dalam bentuk ubijalar rebus atau goreng karena rasanya yang enak dan manis. Varietas seperti Sukuh, Jago dan Kidal mempunyai kandungan bahan kering dan pati yang tinggi, sangat cocok untuk dibuat sebagai pati dan tepung. Teknik membuat tepung dengan cara mencuci umbi, mengupas, mengiris, menjemur dan menghancurkan (menepungkan) selanjutnya diayak.

Pengolahan ubijalar menjadi setengah jadi, seperti granula atau tepung ubijalar, dapat memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai tambah. Granula ubi jalar dibuat dari ubijalar kubus yang dikeringkan. Granula mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan ubijalar segar pada waktu diolah menjadi sawut atau nasi .

Dalam pembuatan selai, bahan dari ubijalar dapat mensubstitusi nanas sampai 50 persen, sedang untuk pembuatan saus dapat digunakan sampai 100 persen. Untuk membuat selai dan saus tidak menyaratkan ukuran umbi, sehingga dapat menggunakan umbi-umbi dengan kualitas yang agak rendah dengan yang berukuran kecil-kecil. Pati dan tepung ubijalar dapat digunakan untuk membuat aneka jenis kue, mie, hingga es krim. Dalam pembuatan cookies, spikuk, onbeytkuk dengan komposisi hampir sampai 100 persen. Sedangkan tepung ubijalar dalam pembuatan roti tawar dapat mensubstitusi terigu sebesar 15 persen dan pembuatan mie dapat mensubstitusi terigu sebesar 20 persen.

Badan Ketahan Pangan
Propinsi Jawa Timur
(Oleh : Gadang BKP Jatim)

Read More......

Gaplek (Cassava dried)

Gaplek adalah bahan makanan yang diolah dari umbi ketela pohon atau singkong. Prosesnya sangat mudah, umbi singkong yang telah dipanen kemudian dikupas dan dikeringkan. Gaplek yang telah kering kemudian bisa ditumbuk sebagai tepung tapioka yang bisa dibuat bermacam-macam kue. Tepung tapioka dari gaplek selanjutnya bisa dibuat menjadi nasi tiwul yang gurih. Nasi tiwul sangat populer di masyarakat yang hidup di Pegunungan Kidul yang memanjang dari Gunung Kidul di Yogyakarta sampai kawasan kabupaten Pacitan.

Ubi kayu yang dibuat gaplek dan merupakan bahan baku utama tepung tapioka ini kian hari kian tidak diminati petani untuk ditanam karena kecenderungan harga gaplek yang terus turun.

Peminat gaplek adalah negara-negara Eropa dan Asia. Namun, harga yang semakin turun dan ekspor yang kian berkurang karena sedikitnya permintaan membuat tanaman singkong tidak lagi diminati

Pamor ubi kayu pun kini tenggelam beriringan dengan turunnya minat negara pengimpor. Eropa dan Amerika Serikat yang dulu membutuhkan gaplek untuk pakan ternak kini lebih memilih biji-bijian untuk dikonsumsi ternak mereka, dengan alasan kandungan gizinya lebih tinggi.

Mengandalkan serapan gaplek ke industri tepung tapioka pun kurang berhasil karena posisi tawar petani ubi kayu sangat lemah terhadap industri-industri yang dimiliki swasta itu. Harga ubi kayu kering yang dijual petani ditentukan pihak perusahaan. Gaplek adalah jenis komoditas yang tidak dapat bertahan lama. Apalagi jika dalam proses pengeringannya tidak sempurna alias kandungan air masih tinggi. Akhirnya, petani terpaksa menjual dengan harga sesuai tawaran perusahaan daripada menanggung risiko busuk.

Lain lagi kalau ceritanya di Kabupaten Kapuas
ndustri pengolahan Tepung Gaplek di Maliku untuk bahan pembuatan Lem pada pabrik Kayu Lapis mempunyai prospek yang cukup untuk dikembangkan sebagai agroindustri skala kecil dan menengah karena hal-hal berikut :

Tepung Gaplek merupakan komponen terbesar (95 %) dalam pembuatan Lem Kayu Lapis dengan biaya produksi rendah, sehingga mempunyai keunggulan komperatif yang cukup tinggi.
eknologi pengolahan Tepung Gaplek sangat sederhana dan tidak memerlukan persyaratan yang rumit bagi Gaplek yang menjadi bahan bakunya kecuali kekeringan yang cukup, sehingga Ubikayu/Gaplek mempunyai keunggulan komperatif yang cukup menjamin.
Dalam satu atau dua dekade mendatang pabrik pembuat Kayu Lapis diperkiranya masih akan berkembang sesuai dengan ketersediaan bahan baku (Kayu) dan pembangunan sarana dan prasarana bangunan pada umumnya sehingga kebutuhan Lem Kayu tetap akan ada.
Peluang untuk meningkatkan produksi Ubikayu pada beberapa sentra Ubikayu di Kabupaten Kapuas masih cukup besar karena kapasitas produksi pabrik Tepung Gaplek yang telah ada (± 300 ton/bulan) masih jauh di bawah keperluan pabrik Kayu Lapis terhadap Tepung Gaplek untuk Lem Kayu Lapis (± 1.500 ton/bulan)
Peluang untuk meningkatkan produksi juga masih cukup besar, karena disekitar industri pengolahan tepung Gaplek masih tersedia tanah kosong dan lahan tidur yang dapat dimanfaatkan untuk pertanaman Ubikayu sementara teknologi budidaya Ubikayu sudah akrab dengan kebanyakan petani.

Read More......

Cerita Balada Sang Tiwul

Tiwul Tidak Lagi Identik dengan Kemiskinan

BAGI Darmantyo, lelaki asal Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, tiwul sangat lekat dalam kehidupannya. Sejak kecil, ia beserta seluruh keluarganya selalu mengonsumsi tiwul untuk makanan sehari-hari.
Bila musim paceklik, Gogik (terbuat dari sisa tiwul yang dikeringkan) juga menjadi menu sehari-hari. ”Nasi bukan menu utama kami,” ujarnya.
Makan tiwul diyakini Darmantyo menyebabkan awet kenyang. Dan menurut pengamatannya, kalangan generasi tua yang pekerja keras di Gunungkidul tak akan puas bila tak makan tiwul. Selain belum merasa kenyang, energinya juga tak terpenuhi. ”Kalau nggak makan tiwul tak betah. Ini persoalan energi. Jadi tiwul itu membuat kita awet kenyang,” ungkapnya.
Sebagai santapan sehari-hari, Darmantyo tahu persis lauk apa yang paling cocok untuk menyantap tiwul, misalnya dengan ikan asin, sambel terasi atau sayur pedas yang terbuat dari santan, cabe dirajang serta dicampur tempe. ”Makan tiwul dengan lauk seperti itu merupakan kenikmatan tersendiri,” ujar darmantyo yang kini tinggal di Yogya dan menjadi karyawan RRI Stasiun Yogya.
Toh sebagai menu sehari-hari di masa kecil sampai remaja, dan tahu nikmatnya makan tiwul, namun Darmantyo sempat dibikin malu. Ceritanya, pada tahun 1979, ketika ia indekos di Wonosari untuk meneruskan sekolah di Sekolah Menengah Umum, ia dibekali orangtuanya sekarung tiwul mentah.
Namun karena ia sadar bila tiwul itu identik dengan makanan rakyat miskin, tiwul mentah itu disembunyikan di suatu tempat. Apa yang terjadi?
Tiwul mentah itu dimakan tikus. Tak ayal lagi, tepung itu bertebaran ke mana-mana. Bisa ditebak, kontan tempat indekos Darmantyo beserta 6 temannya yang lain itu menjadi geger untuk mencari tahu siapa yang punya.
”Saya diam saja, malu mengakui. Tapi mestinya mereka dalam hati pada tahu. Dan hingga kini, mereka tak pernah menyinggung peristiwa itu meski kami sering ketemu. Mungkin mereka merasa kasihan pada saya,” tutur Darmantyo sembari tertawa mengenang peristiwa itu.
Sama halnya dengan Darmaningtyas, yang kini tinggal di Jakarta dan bekerja di Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan yang berkantor di Salemba, Jakarta. Suatu hari, tulis Darmaningtyas dalam bukunya: Pulung Gantung, Menyingkap Tragedi Bunuh Diri di Gunungkidul, ia tengah memasak tiwul. Tiba-tiba saja kawannya datang dan menanyakan sedang memasak apa.
”Kami cepat-cepat mematikan kompor yang masih menyala. Melalui kukus yang menyengat itu pula ibu kos kami mengetahui apa yang sedang kami masak, sehingga kami tidak bisa berbohong,” tulis Darmaningtyas.
Dalam buku itu, Darmaningtyas juga menuturkan bagaimana ia menyiasati membawa tepung tiwul dari rumahnya menuju ke tempat kos di Wonosari.
Selain memilih angkutan yang berangkat paling akhir untuk menghindari ketemu banyak teman, ia juga harus hati-hati meletakkan tepung tiwul yang dibuntal kantong gandum.
Bila meletakkannya tak hati-hati atau sedikit dibanting, akan menebarkan bau apek. ”Aroma khas tepung gaplek itulah yang memancing gelak tawa maupun banyolan sinis dari penumpang lain yang sama-sama masih remaja. Suasana dalam perjalanan itu sungguh menggedor-gedor rasa minder kami,” tuturnya.
Kehidupan telah berubah, seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya perekonomian. Menurut Darmantyo, sejak tahun 90, masyarakat Gunungkidul terutama generasi mudanya sudah jarang makan tiwul. ”Bahkan belakangan ini makan tiwul itu sendiri menjadi gaya hidup tersendiri, semacam klangenan, romantisme,” tutur Darmantyo.
Biasanya, tutur Darmantyo, pengajar di Multi Media Training Center Yogya, yang juga sebagai pengamat sosial, anak-anak muda di Gunungkidul sekarang ini sering melakukan mindo (makan malam sesudah bepergian). Bila ada keramaian atau tontonan, anak-anak muda ini selalu berpesan pada ibunya untuk dimasakkan tiwul yang akan disantap sepulang nonton.
Di keramaian itu, anak-anak muda ini lantas membeli ikan asing kering (gereh) yang sudah digoreng untuk dibawa pulang dan dipakai lauk untuk makan tiwul.
Sekarang malahan ada semacam ”tradisi” untuk makan tiwul bersama. Sesudah senam bareng-bareng di Kecamatan atau di Kelurahan, beberapa warga lantas menyantap Tiwul bareng-bareng.
Keluarga Darmantyo yang kini bermukim di Yogya juga melakukan hal yang sama. Beberapa bulan sekali, mereka kumpul, masak tiwul dan dimakan bareng-bareng.
Jadi ada romantisme pada masa-masa lalu. ”Sekarang ini makan tiwul itu sebuah romantisme. Kecintaan terhadap tanah leluhur,” ungkap Darmantyo, tanpa perlu merasa malu lagi.
Bila hingga kini untuk memasak tiwul perlu dikukus yang mengeluarkan aroma khas–sehingga membuat Darmaningtyas dan mungkin yang lain malu—serta perlu ditambah lauk pauk, dalam waktu dekat lagi cara itu bisa ditinggalkan, dengan diproduksinya tiwul instan.
Selain tak menimbulkan aroma khas, tiwul ini juga bisa disajikan dalam hitungan menit. Hal yang lain, di samping diperkaya gizinya, tiwul instan ini juga disajikan dalam aneka rasa seperti rasa ayam goreng, nasi goreng, ikan asin dan rasa kentang goreng.
”Rasanya seperti mie instan,” komentar Darmantyo, ketika merasakan tiwul instan rasa kentang goreng.
Menurut Darmantyo, bila tiwul instan disajikan seperti itu, tentu tak menjadi masalah. Apalagi bagi orang yang belum pernah merasakan makanan tiwul selama ini.
Namun bagi yang pernah makan tiwul, tentu ada perbedaan. Perbedaan itu, misalnya, secara fisik, bila tiwul yang asli butir-butirnya akan terasa kasar dan besar-besar sehingga ada kesan tersendiri ketika memakannya. Namun tiwul instan butir-butirnya terasa lembut.
”Tapi tak masalah. Kalau tiwul instan ini menjadi seperti ini ini kan pasti menumbuhkan kebanggaan yang lebih besar lagi. Secara psikologis, orang tak lagi merasa rendah kalau makan tiwul. Tak usah go international, produk ini menasional saja, saya kira sudah dengan sendirinya menimbulkan kebanggaan,” tutur Darmantyo.
Dengan berdirinya pabrik tiwul instan di Kecamatan Semanu, Gunungkidul, boleh jadi pasok gaplek dari daerah Gunungkidul sudah memadai. Menurut Bupati Gunungkidul Yoetikno, produksi ketela di daerahnya saat ini mencapai 700.000 ton per tahun, dan bila sudah dikeringkan menjadi gaplek menjadi 400.000 ton.
Artinya, bila kebutuhan pabrik tiwul instan ini perbulannya mencapai 57,6 ton untuk menghasilkan tiwul instan perbulannya 90 ton, maka jelas-jelas bisa dipenuhi.
Karena itulah, Darmantyo berharap keberadaan pabrik tiwul instan ini bisa mengangkat taraf hidup warga Gunungkidul, khususnya petani ketela. Selama ini harga gaplek bila dibandingkan dengan harga beras maka perbandingannya 5:1.
Artinya, 5 kg gaplek bila dijual baru bisa membeli 1 kg beras biasa. Bila keberadaan pabrik ini bisa mengangkat harga gaplek sehingga perbandingannya menjadi 3:1, hal itu dipandang sangat bagus. ”Kalau bisa mengangkat seperti ini sudah bagus,” ujarnya.
Apa yang diungkapkan Darmantyo dibenarkan oleh Sri Handayani, penduduk Gunungkidul yang mempunyai kebun ketela seluas 0,5 hektare. Sebagai warga asli, ia merasa senang bila derajat tiwul terangkat naik.
”Tetapi yang lebih penting, martabat rakyat Gunungkidul sendiri terangkat. Selama ini gaplek Cuma dihargai Rp 450 per kilonya, hanya seperlima dari beras, padahal biaya pemupukan dan tenaganya sangat besar. Paling tidak nanti menjadi Rp 800 atau sepertiga harga beras,” kata bu Sri (50).
Direktur pabrik tiwul instan di kawasan itu, Anton Djuwardi, menjanjikan bahwa kehadiran pabrik tiwul ini akan memberikan kepastian pasar bagi para petani singkong. ”Petani tentu tidak akan dipermainkan oleh tengkulak, karena kami akan membeli dengan harga yang lebih baik,” ujarnya.
Hanya saja, menurut pengamatan Darmantyo, yang mungkin timbul saat ini adalah soal teknologi pertanian. Yang dilihat Darmantyo, selama ini tak ada upaya untuk mentransfer pengetahuan untuk menghadapi industrialisasi tiwul.
Transfer pengetahuan itu misalnya soal tingkat kekeringan gaplek yang bisa diterima oleh pabrik, kemudian jenis ketelanya. Yang dilihat Darmantyo, para petani bila menjemur ketela untuk menjadikan gaplek hanya asal-asalan saja.
”Mestinya soal ini harus segera disosialisasikan. Nah kalau tak segera disosialisasikan akan menimbulkan problem. Walaupun pabriknya ada di Gunungkidul, kalau begini bisa jadi masyarakat Gunungkidul hanya akan menjadi penonton,” ungkapnya.
Menurut Anton, perusahaan tiwul instan yang dipimpinnya, tak hanya sekadar hadir, namun juga disertai visi dan komitmen untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi lokal dalam rangka otonomi daerah.
”Kami akan mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya lokal, baik itu sumber daya manusia, sumberdaya alam ataupun kelembagaan dan infrastrukturnya,” tegas Anton.
Semoga ini bukan sekadar janji kosong. Jika benar, harapan Ibu Sri dan juga Darmantyo agar martabat rakyat Gunungkidul terangkat akan segera menjadi kenyataan.
(SH/yuyuk sugarman)

Makan Tiwul Tanpa Merasa Miskin

Read More......

Tiwul dan Gatot

Hampir Setiap pagi lewat didepan rumahku seorang laki2 sudah agak tua besepeda ontel dengan suara mantap sambil menawarkan daganggannya tiiiiwul gatot.....dijual bungkusan daun pisang sama kertas koran harganya seribu rupiah, ini adalah 2 makannan yang berbeda atau sekarang menjadi jajanan, rasanya berbeda hanya saja asalnya tetap satu siapa lagi kalau bukan Cassava sepertinya makanan ini perlu dilestarikan.

Tiwul,
sering diasumsikan dengan makanan kampung, ndeso, katrok gak ningrat dan makanan rakyat susah karena dulunya beras mahal hanya orang kaya dan petani yang bisa makan nasi. Tiwul adalah hasil olahan dari tepung ubi kayu(cassava) melalui proses tradisional, yaitu tepung cassava ditambahkan air hingga basah dan dibentuk butiran-butiran yang seragam dengan ukuran sebesar biji kacang hijau dan dikukus selama 20-30 menit. Dulu tiwul atau nasi tiwul dulu dikonsumsi sebagai makanan pokok seperti nasi beras padi atau dicampur dengan parutan kelapa sebagai jajanan. sekarang jarang bisa ditemui penjual tiwul ini cuman tempat2 tertentu atau daerah tertentu saja. Selain itu, tiwul dapat pula dikeringkan menjadi tiwul instan tradisional yang tahan disimpan lebih dari satu tahun cuman masalahnya orang sekarang jarang orang kota mengenal tiwul apalagi anak2 tak akan mengenal tiwul walaupun tiwul instan karena lebih mengenal bubur instan yang banayak mengandung MSG.
Bagi yang masih pengen dan melampiaskan kerinduan akan Tiwul, pergi saja ke Pandansari Desa Wonosari Wonosari Gunungkidul disitu ada tiwul buatan Tumiah atau mau yang instan juga ada tiwul instan produksi Pabrik Gunung Kidul

Bukan singkatan dari gagal total
Bukan nama orang atau nama orang yang dipakai untuk nama jalan...
Pas di tempat aku kerja ada beberapa puja sera salah satunya ada yang menjual jajanan pasar yang satu ini menarik pasti aku ingat nama temanku......
Gatot Supriyanto adalah nama temanku sedang makanan ini namanya Gatot
Semisal temanku makan...makanan ini seperti jeruk minum jeruk karena Gatot makan Gatot hehehehe...

Gatot,
Gaplek berkualitas rendah yang tidak ditepung maksutnya cassava yang berkualitas rendah di iris2 kemudian dijemur sampai kering kemudian disimpan sampai timbul Noda hitam pada gaplek umumnya karena jamur E coli setelah itu dicuci lalu dikukus seperti menanak nasi, biasanya dijadikan jajanan yang disebut gatot yang dicampur dengan parutan kelapa, untuk mencari jajanan ini juga tidak gampang seperti halnya tiwul

Ini link kalau masih ada lho...untuk menambah pengetahuan anda tentang cerita tiwul ataupun gatot ini :
Tiwul...tiwul
Stop Mengolok-olok Tiwul…
Mbok Sutirah
Mbok Mariyem Melestarikan Makanan Khas Pedesaan

Read More......

Ada yang marah itu wajar......

Ada yang tidak suka, marah, benci bahkan sampai ke ubun2...itu wajar
Ada yang menproklamirkan hak cipta harus dihargai....dilarang Kopi paste
Bloger juga karya manusia....betul memang, Tetapi ada yang lain aku buat bloger ini bukan tujuan untuk apa2 apalagi untuk cari duit dari google adsense, belum tentu juga google adsense membayar aku.....toh tergantung yang ngeklick juga kan.
Aku hanya sekedar ngumpulin yang tak mungkin aku tulis sendiri...dari pada orang cari susah2 tentang cassava dan Yams kemana2 yang bahasa jawanya pohong karo telo bahasa indonesia ya cari aja sendiri di kamus klo gak ngerti......

Sebetulnya ngapain lagi aku pikirin toh tidak ada pasalnya dan hukumnya biar kata orang apa klo ini kopi paste, harusnya terima kasih dong ada orang mau perduli mau ngumpulin/kliping atau apalah bahasanya...tentang cassava dan Yams.

Nenek moyang orang indonesia dulu makannya juga casava dan yam karena beras mahal waktu itu, itu klo ada yang menulis tentang cassava dan yams aja gak pakai ijin sama mereka....hehehehe

Harusnya terima kasih juga karena aku mau ngelink dan memberikan informasi rujukan dari mana asal berita cassava atau yams tersebut, sekali lagi sebetulnya bisa aku saja masa bodoh....aku menulis ini karena ada yang merespon web ini dan aku sudah minta maaf malah saya hapus kalau memang tidak merkenan link webnya....eh malah keterusan ngomongnya.....memang siapa dia...Coba Cari Di Google Search nama seseorang pasti juga banyak kembarannya dan satu sama lain gak perlu pakai ijin segala dengan pakai nama sama....kayak birokrasi kantoran aja.

Kalau sudah di internet atau dunia maya begitu katanya, pasti open dan dilihat oleh berjuta2 manusia harusnya sadar dan tahu...gak perlu saya jelaskan.
Sebetulnya orang2 type semacam ini masih perlu dan butuh akan pengakuan bedanya aku hanya peduli tentang 2 tanaman ini makannya aku kumpulin sehingga orang cari informasi lebih terarah dan jelas....., bedanya orang2 ini masih duniawi karena masih butuh pengakuan sedangkan aku sudah menembus batas karena orang perduli hehehehe

Satu lagi....apalagi pakai webnya gratis lagi coba bayangin ngomongnya gede amat kayak web yang dibikin ini bayarnya mahal pakai duit....lain kali di hak patenkan aja..tetepi saya jadi mikir kalau webnya aja gratis giamana mau bayar hak patennya hahahahaha
Jangan begitu orang tak kenal maka tak sayang.....

Read More......