Orang tidak lagi kaget, bahwa di Yogya ada banyak mall. Banyak dalam arti tidak hanya satu, melainkan lebih dari 5 mall. Atau setidaknya jumlahnya ada 8 mall. Diantara banyaknya mall di Yogya, pasar tradisional masih mudah ditemukan Artinya, kehidupan pasar tradisional “berdampingan” dengan pasar modern. Pasar modern semuanya ada di tengah kota, bahkan di pusat-pusat kota, pasar tradisional menyebar di banyak tempat, termasuk di desa-desa.
Salah satu pasar tradisional dan hanya khusus menyediakan satu jenis barang ialah pasar telo di Karangkajen. Orang Yogya pastilah mengenal nama pasar telo Karangkajen. Letaknya di tepi jalan, di sebelah selatan Yogya jalan lintas menuju jl. Imogiri.
Pasar telo ini, untuk kawasan Karangkajen seperti telah menjadi tanda untuk menunjuk sesuatu. Artinya, kapan orang mencari relasi atau apa di kawasan Karangkajen, istilah “karo pasar telo ngendine” (sebelah mananya dari pasar telo) biasanya diucapkan. Dari tanda pasar telo itu, biasanya pula orang akan mudah menemukan tempat yang akan dicari.
Telo atau ketela, baik ketela rambat (telo pendem) atau pohung (telo kaspo) bisa didapatkan di pasar telo ini. Dalam jumlah yang tidak sedikit, kios-kios di pasar telo menimbun dagangannya. Dari pasar telo di Karangkaen ini kemudian telo menyebar atau didistrubusikan ke banyak tempat, termasuk pada para pedagang gorengan.
Pada pedagang gorengan inilah ketela kemudian berubah bentuk dan berganti nama. Ada yang namanya limpung, balok, gethuk, cothot dan seterusnya. Nama-nama jenis makanan yang berasal dari ketela itu merupakan jenis makanan lokal (jawa) yang bentuknya bermacam-macam.
Tampaknya pasar telo tidak terlalu terpengaruh atas kehadiran mall. Karena relasi pasar telo adalah para bakul yang akan kembali menjual ketela yang dibeli kepada konsumen lainnya, yang sifatnya individual. Artinya, ketela sulit ditemukan di super market yang telah dikemas, misalnya seperti mentimun. Barangkali, karena kondisi ketela yang (biasanya) masih tertempel tanah pada kulit ketela, membuat super market tidak “tertarik” untuk memajangnya.
Soalnya bukan, apakah ketela bisa ditemukan di pasar tradisional atau tidak. Yang lebih penting untuk dimengerti adalah, bahwa di Yogya, jenis pasar khusus seperti pasar telo di Karangkajen, atau pasar buah di Gamping, tidak meninggalkan relasinya. Yang menarik dari pasar telo adalah, dari segi tempat, sampai sekarang tidak berpindah tempat. Masih tetap di Karangkajen, sehingga kapan menyebut nama Karangkajen asosiasi orang Yogya akan mengarah pada pasar telo.
Dan yang lebih menarik lagi, kondisi pasar telo sekarang jauh lebih tertata dan bersih dari pasar telo beberapa tahun lalu. Pada beberapa tahun lalu, ketela yang ditimbun sampai memenuhi tepi jalan, tetapi sekarang telah jauh lebih rapi.
Yogya dan ketela tampaknya seperti “sahabat seiring”, artinya mudah sekali ditemukan ketela berikut varian makanan yang dibuat dari ketela. Bermacam jenis makana gorengan dari ketela adalah bentuk dari “sahabat seiring” itu.
Ons Untoro
3 Comment:
7:01 PM
hehehe.. masnya ini emg penggila cassava and yams yaa?? heheheh...
pokoknya.. hidup jogja!! ^_^
3:22 PM
very very good blog, congratulations
regard from Catalonia Spain
thank you
3:54 AM
wuih... i just know this information from you.. nice report :D
Post a Comment