Neo
Image Hosted by agung

Bisnis Gorengan Yang Laris Manis

Jika anda jalan jalan di Singapura dan iseng cari kemilan seperti Jakarta, maka mampir saja ke kedai kedai old chang kee yang tersebar dimana mana dengan warga papan namannya yang kuning mencolok. Di sini anda bisa menimmati ubi goreng, tales goreng baso ikan, cumi goreng tepung, chicken nugget, dan gorengan lainnya, termasuk pastel yang dalam bahasa Melayunya adalah epok epok. Karena gorengan, maka harganyapun tidak murah sekitar sedollaran. Bahkan ubi goreng tiga 1 dollar. Dan semua kemilan dan gorengan, kecuali pastel, semuanya ditusuk, jadi seperti sate. Jika Anda berfikir bahwa bisnis ini ecek ecek, artinya dikerjakan ala manajemen industri rumahan, maka dugaan Anda itu salah sama sekali. Old Chang Kee adalah sebuah perusahaan besar dengan 50 outlet di Singapura, Old Chang Kee juga mempunyai dua cabang di Malaysia dan dalam dua tahun mendatang akan bertambah menjadi delapan. Di Indonesia, old chang kee sudah bisa dinikmati ditiga oultnya di Jakarta dan akhir bulan ini akan juga buka di Surabaya dan Bali. CEO Old Chang Kee, William Lim mengatakan, Old Chang Kee di Indonesia memakai model usaha patungan dengan rekan usahanya di Indonesia serta dengan memakai konsep bisnis waralaba.

Dalam merambah pasar Indonesia, Old Chang Kee tidak memakai jenis usaha seperti di Singapura dengan mendirikan banyak outlet. Ini semata disebabkan karena perbedaan budaya . Di Indonesia, bumbu yang dipakai menurut William Lim juga disesuaikan dengan lidah orang Indonesia.

Selain Indonesia dan Malaysia, Old Chang Kee juga merambah pasar Lima dan Filipina. Ekspansi bisnisnya ini tidak lepas dari ide pengembangan bisnis yang dilakukan pendirinya yakni Han Kee Juan. Ia merombak strategi bisnisnya yang bermula di tahun 1956 disebuah tempat kecil di bilangan kampong Bugis, tepatnya di Mac Kanzie Road. Pada tahun 1986, Han Kee Juan mengubah model bisnisnya menjadi tidak hanya menjadi pedagangan gorengan tetapi pabrik gorengan. Usahanya mempromosikan gorengan dan kemilan itu menuai hasil ditahun 1992, karena Han Kee Juan terpilih sebagai pengusaha terbaik Singapura dan sepakterjangnya di liput oleh majalah Newsweek. Setelah meraih sukses, membuat pastel yang khas karena isinya ada telurnya itu serta aneka gorengan, Han Kee Juan menginvestasikan uangnya untuk membangun pabrik seluas 20 ribu kaki persegi dan melengkapinya dengan berbagai peralatan modern. Dan bisnisnya terus menuai sukses hingga pada akhirnya Han Kee Juan merasa dia tidak bisa menangani sendirian. Jadinya ia bertemu dengan William Lim, seorang muda jebolan Australia yang datang dengan sejumlah ide bisnis yang memberi harapan. William Lim kemudian melakukan perombakan pada merk Old Chang Kee itu sendiri. Logo dan warna dirubah sesuai dengan perkembangan zaman hingga warna Kuning yang dominant mencerminkan dinamika Old Chang Kee dari zaman ke zaman. Itulah sebabnya Old Chang Kee tidak tampil sebagai warung gorengan tua tetapi funky, yang berubah dari zaman ke zaman, kata William Lim.
Selain melakukan rebranding, William Lim pada tahun 2004 memperluas cakupan pelanggannya ke kalangan muslim dengan memberikan label halal pada seluruh produk Old Chang Kee. Dari situlah, Old Chang Kee terus berkibar di Singapura yang menurut William Lim akan selalu menjadi pasar utamanya.

Menurut William Lim, alasan Old Chang Kee menjadikan Singapura sebagai pasar utamanya adalah karena ada enam juta orang di Singapura yang pastinya doyan kemilan ketika jalan jalan. Jumlah ini dijangka bertambah lagi jika resort terpadu di buka pada tahun 2010, hingga pasar Singapura menjadi setara dengan Hongkong. Dari sini jelas prospek bisnis gorengan Old Chang Kee akan sangat cerah. Namun CEO Old Chang Kee, William Lim kepada rekan Yip Siew Joo dari radio berita Singapura 93.8 Live tetap merendah ketika ditanya apakah perusahaan ini akan go public alias menjual sahamnya di bursa Singapura. Kata William Lim, adalah menjadi keinginan sebuah perusahaan untuk juga bergabung dengan para pemain besar lainnya.

Old Chang Kee merupakan satu lagi kisah sukses berbisnis di Singapura, yang iklim bisnisnya bisa menjadikan sebuah warung kecil menjual aneka gorengan berkembang menjadi perusahaan besar yang nyaris tidak ada saingannya di Singapura dan telah juga merambah Indonesia, Malaysia, China dan Filipina. Kisah sukses mereka bisa disimak di situs mereka www.oldchangkee.com. ( Budi Setiawan, bsetiawa@mediacorp.com.sg )

0 Comment: